Outlook Ekonomi 2020: Indonesia Menghadapi Bergolaknya Ekonomi Dunia
Fadjar Ari Dewanto, Coordinating Partner of Business Advisory Services
=====================================================================================================================
Pada malam Silaturahmi ISEI 1 November 2019 yang lalu, Menteri ekonomi Sri Mulyani menyampaikan kondisi perekonomian Indonesia, dan terlihat ancaman guncangan ekonomi dunia akan melanda Indonesia. Perekonomian Global sedang menghadapi ketidakpastian, dan dapat berdampak pada pelemahan ekonomi di banyak negara termasuk perekonomian Indonesia.
Resiko Global
Beberapa kondisi dunia yang perlu dicermati adalah seperti di Amerika masih belum tercapai kesepakatan perdagangan antara US dan China dan adanya ancaman impeachment Trump oleh Kongres. Stimulus moneter The Fed dengan penurunan 25 bps menyebabkan pelonggaran likuiditas global. Tiongkok mengalami krisis politik di Hong Kong – setelah mengalami gelombang protes warga selama lima bulan yang telah menghancurkan ekonomi kota, dengan industri pariwisata dan ritel terpukul keras dari kekacauan yang sedang berlangsung. Ekonomi Tiongkok juga terus melambat di tengah perang dagang, meskipun belum mendekati resesi: IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 hanya 5,8% terbesar kedua di dunia (dalam hal PDB), turun dari 6,6% pada tahun 2018 dan perkiraan 6,1% pada tahun 2019. Ekonomi lain yang sangat tertekan di seluruh dunia termasuk Turki, Argentina, Iran, Meksiko, dan Brasil.
Inggris dengan ketidakpastian terus-menerus untuk meninggalkan Uni Eropa (dan masih belum berakhir), telah menyaksikan ekonominya baru-baru ini menyusut untuk pertama kalinya sejak 2012, dan No Deal Brexit dapat membawanya ke dalam resesi. Jerman, ekonomi terbesar Uni Eropa, akan meluncur ke resesi berkat penurunan berkelanjutan di sektor manufaktur serta penjualan mobil global yang lesu. Italia, ekonomi terbesar keempat Uni Eropa, berada dalam resesi teknis untuk paruh kedua tahun 2018 dan telah menghadapi kesengsaraan ekonomi yang berkelanjutan dari produktivitas yang lemah, pengangguran yang tinggi, utang besar dan kekacauan politik.
Pertumbuhan Ekonomi Global
Ekonomi global tumbuh terendah sejak krisis keuangan global 2008, Proyeksi pertumbuhan ekonomi global terus direvisi ke bawah. Dalam 1 tahun terakhir, proyeksi pertumbuhan global 2019 turun 0,7 percentage point.Perlambatan terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk mitra dagang utama Indonesia.Perlambatan direspon dengan penurunan suku bunga dan kebijakan fiskal ekspansif.Risiko global yang harus diwaspadai adalah dampak perang dagang, penurunan manufaktur & investasi, resesi ekonomi, tensi geopolitik.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi di banyak negara akibat lemahnya perdagangan, perang dagang, melambatnya aktivitas manufaktur, tensi geopolitik. Perlambatan ekonomi global berdampak ke perekonomian Indonesia melalui tiga kemungkinan: Pertama melalui pasar finansial sebab aliran modal ke Indonesia dipengaruhi oleh kebijakan moneter negara maju. Kedua melalui penanaman modal asing (FDI) entimen negatif global dapat mempengaruhi keyakinan investor untuk berinvestasi (investor confidence). Ketiga melalui perdagangan, kinerja neraca non migas tertekan, defisit neraca migas masih tinggi.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2015-2019 (%,yoy)
Di tengah perlambatan ekonomi global, fundamental ekonomi Indonesia masih sehat ditopang oleh permintaan domestik.Ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 5,05 persen di Q2-2019 didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan kinerja positif lintas sektor, khususnya sektor jasa.Inflasi juga berada di level terkendali untuk mendukung stabilitas konsumsi sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Kue ekonomi didominasi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai engine of growth.
Menurut Sri Mulyani arah kebijakan Indonesia menghadapi situasi global: Pertama menjaga konsumsi dan daya beli rumah tangga, stabilitas pasokan dan harga. Kedua mendorong investasi dengan insentif fiskal, dan partisipasi swasta. Ketiga mendorong ekspor sektor manufaktur dan menggalakkan pariwisata.
Defisit neraca berjalan masih menjadi tantangan, defisit transaksi berjalan masih lebar antara lain disebabkan penurunan surplus neraca perdagangan serta meningkatnya defisit neraca jasa dan pendapatan primer.Peningkatan daya saing menjadi kunci utama untuk perbaikan kinerja transaksi berjalan. Neraca transaksi modal dan finansial masih mampu mencatatkan surplus. Namun, di tengah gejolak ekonomi global yang tinggi, Indonesia harus waspada terhadap risiko pengetatan likuiditas ketat. Indonesia harus terus memperkuat sumber pembiayaan yang lebih sustainable seperti FDI. Untuk itu, iklim investasi akan terus diperbaiki.
Indonesia mengalami pelemahan ekonomi tercermin pada melambatnya penerimaan pajak dari beberapa sektor usaha dan jenis pajak. Dibandingkan dengan pendapatan pajak tahun 2018 maka terjadi penurunan diberbagai sektor seperti, industri pengolahan, perdagangan, jasa keuangan asuransi. Bahkan pada sektor konstruksi & real estate, pertambangan mengalami pertumbuhan negative. Hanya transportasi perdagangan yang bertumbuh lebih besar dari tahun 2018. Realisasi pajak mengalami penurunan di seluruh jenis pajak dibandingkan dengan penerimaan pajak pada tahun 2018.
Realisasi Pajak S/D September 2019
Menghadapi pelemahan ekonomi ini belanja Kementrian dan Lembaga akan terus didorong agar tetap on track dan produktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sebagai instrument counter cyclical. Penting menjaga stabilitas domestik di tengah ketidakpastian global dan pelemahan ekonomi dengan menjaga konsumsi sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, meningkatkan daya saing untuk menarik FDI dan menggenjot ekspor, melakukan reformasi struktural dan menjaga stabilitas ekonomi-politik, meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai aktor ekonomi,
APBN sebagai instrumen kebijakan fiskal untuk mendukung perekonomian melalui fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi.Pemerintah akan mengoptimalkan peran kebijakan fiskal & APBN di tengah ketidakpastian global, alokasi sumber daya dengan belanja yang berkualitas, produktif dan mendukung pembangunan, prioritas pada belanja infrastruktur dan SDM, penyediaan layanan publik yang memadai. Melalui distribusi pendapatan seperti mengoptimalkan penerimaan, kebijakan perpajakan yang adil, program-program bantuansosial yang tepat sasaran serta penguatan desentralisasi fiscal. Untuk stabilitas makro ekonomi akan dilakukan kebijakan tingkat defisit dan utang yang terkendali, pembiayaan yang pruden, mitigasi risiko bencana dan pengembangan sumber daya terbarukan serta penguatan fiscal buffer.Kementerian Keuangan telah mencadangkan dana sebesar Rp 10 triliun untuk tahun 2020 sebagai fiscal buffer. Tahun 2019 fiscal buffer sudah disediakan sebesar Rp 8 triliun, jadi tahun 2020 mengalami peningkatan disebabkan ketidakpastian perekonomian dunia. Cadangan ini dapat digunakan bila ada asumsi perekonomian yang tidak sesuai sehingga memerlukan alokasi anggaran yang baru. Misalnya penerimaan pajak yang tidak sesuai target membuat pemerintah memerlukan dana untuk menutupi kebutuhan pengeluaran yang sudah ditetapkan.
Presiden Jokowi menyampaikan melalui twiternya pada 30 Oktober yang lalu : Di tengah situasi perekonomian dunia yang tidak menentu, kita perlu sedia payung sebelum hujan: menggenjot ekspor, substitusi barang-barang impor, dan meningkatkan investasi.Kita menghadapi kondisi perekonomian global yang bisa membawa dampak bagi ekonomi Indonesia, perlu disadari bahwa kedepan adalah era yang tidak mudah, namun sepanjang ada semangat untuk menyediakan payung sebelum hujan, Indonesia akan melaluinya dan tetap mencapai impian bersama Indonesia menjadi negara maju.