Bukan Lagi dari Apa yang Kamu Suka

By: | Tags: | Comments: 0 | December 13th, 2018

Ruth Berliana/ Partner in Management and Technology Services, Vibiz Consulting Group
=====================================================================================================================
Saya tahu bagaimana sebelumnya banyak disarankan bagi para young entrepreneur millennial untuk memulai bisnisnya dari apa yang mereka suka. Hal ini tentu dengan mempertimbangkan bagaimana mereka akan menikmati bisnisnya, memiliki daya juang yang tinggi untuk keberlangsungan hidup bisnisnya, sehingga diharapkan bisnis mereka akan berumur panjang.

Tetapi kemudian muncullah pertanyaan, “lalu apakah yang mereka suka, juga disukai banyak orang?” “Berapa banyak yang juga menyukainya?” “Di mana?” “Siapa?” Ini penting untuk dijawab, tetapi untuk menjawabnya tentu saja harus dengan mengaitkannya pada beberapa faktor. Tetapi hal yang sudah dapat dipastikan bahwa bisnis tanpa pasar tidak mungkin dapat bertahan.

Kita dapat menarik pelajaran dari semakin kuatnya bisnis yang didukung oleh aplikasi online. Hal ini timbul seiring dengan karakter generasi Y dan Z yang telah begitu mewarnai pasar. Mereka sangat menikmati semua yang berbau praktis, cepat, dan instant. Hal ini sangat menarik, sehingga terjadilah pergeseran bagaimana para young entrepreneur tidak hanya memikirkan apa yang mereka suka, tetapi memperhatikan demand yang ada atau dapat dikatakan berbisnis dengan sistem on demand, yaitu berbisnis oleh karena adanya permintaan konsumen. Konsumen membutuhkan sesuatu, maka dapat kita katakan hal tersebut sebagai sebuah permasalahan. Dengan demikian kita dapat memulai bisnis dengan sebuah upaya untuk menyelesaikan permasalahan.

Bagaimana berbisnis dengan aplikasi online dapat begitu booming? Oleh karena adanya permasalahan yaitu kebutuhan jual beli yang dapat terjadi dalam waktu yang singkat sementara konsumen tidak memiliki waktu yang banyak untuk berkunjung ke tempat penjualan.

Bagaimana toko ritel waralaba juga dapat tumbuh menjamur? Oleh karena adanya permasalahan yaitu kebutuhan barang-barang ritel yang diperlukan untuk waktu yang singkat atau bisa juga sebuah permasalahan parkir bila para konsumen hendak berbelanja dalam jumlah yang kecil.

Memulai bisnis berdasarkan demand

Cobalah mengamati apakah yang menjadi kebutuhan konsumen yang ada di sekeliling Anda. Lalu, cobalah untuk memikirkan bagaimana dan bilamana kebutuhan itu dapat terpenuhi secara ideal. Misalnya saja, bila saya seorang tukang kue dan saya membutuhkan bahan-bahan untuk membuat kue oleh karena persediaan yang saya miliki sudah hampir habis. Sementara saya belum memiliki waktu untuk berbelanja ke toko maka saya akan dengan cepat membuka salah satu aplikasi belanja online pada gadget saya. Lalu apakah yang akan menjadi pertimbangan bagi saya dalam memilih toko online yang menjual bahan kue? Selain harga, tentu saja bagaimana saya dapat memperolehnya dalam waktu yang singkat, mana tahu saya akan segera mendapatkan pesanan dalam jumlah yang melebih persediaan saya. Sehingga hal penting yang saya pertimbangkan adalah jasa antar instant yang dapat mengakomodir kebutuhan saya. Ini menjadi salah satu pertimbangan bagi saya untuk memilih penjual.

Demikian sebaiknya Anda dapat menganalisa dalam hal apa Anda akan memulai bisnis Anda, yaitu berdasarkan permintaan, kebutuhan, atau permasalahan yang dihadapi konsumen. Selain itu, hal ini otomatis akan menjadi UVP (Unique Value Proposition) yang membedakan Anda dari yang lain.

Leave a Reply