Musuh Great Company Adalah Good Company
Fadjar Ari Dewanto, Coordinating Partner Business Advisory Services
=====================================================================================================================
Istilah Good to Great dipopulerkan oleh Jim Collins pada tahun 2001 melalui buku yang dituliskannya. Jim membahas hasil penelitiannya membandingkan perusahaan-perusahaan yang memiliki lompatan yang besar dalam pertumbuhannya – great company, sedangkan ada perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan pada kondisi rata-rata saja – good company. Kondisi perusahaan atau organisasi dengan indvidu-individu di dalamnya sering berhenti bertumbuh seperti secepat sebelumnya karena terjadi kepuasan dengan apa yang telah dicapai dan akhirnya dikalahkan oleh perusahaan pesaingnya. Adidas misalnya yang bertengger sebagai sepatu olah raga nomor satu didunia, pada tahun 1980 digeser oleh Nike, bisa jadi karena Adidas menikmati kenyamanan berada di puncak keberhasilan, sedangkan Nike memang tidak berhenti berinovasi dalam produk dan cara memasarkan. Itulah sebabnya musuh utama dari perusahaan yang terus bertumbuh dengan luar biasa – great company, adalah perusahaan dengan kondisi yang nyaman dan aman – good company.
Inovasi merupakan indikator dari great company, sebaliknya berhentinya mata air inovasi merupakan indikasi kepuasan perusahaan sebagai good company. Dengan kata lain ciptakan iklim bekerja yang memunculkan inovasi pada perusahaan sehingga tidak pernah ada kata berhenti pada inovasi. Inovasi timbul pada saat keinginan belajar individu-individu dalam organisasi menyala-nyala, sebab dengan belajar, inovasi-inovasi baru dari perusahaan akan terus mengalir tanpa henti. Bentuk yang baku dari pemicu inovasi ini adalah adanya alokasi anggaran untuk research & development (R&D). Sekarang ini alokasi untuk R&D di perusahaan-perusahaan Tiongkok melebihi anggaran perusahaan-perusahaan Amerika. Sebuah penelitian menyampaikan R&D Tiongkok naik 22 persen sedangkan Amerika hanya meningkat 4 persen pada tahun 2012. Kondisi ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan Tiongkok bertumbuh lebih cepat melebihi Amerika.
Indikator yang kedua sesudah inovasi adalah perusahaan memerlukan kepemimpinan yang berani. Deloitte melakukan penelitian terhadap para CEO perusahaan-perusahan di dunia tentang kapabilitas yang paling dibutuhkan oleh organisasi memasuki tahun 2015. Jawaban tertinggi para CEO ini adalah kepemimpinan, dan banyak di antara mereka merasa saat ini perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan kepimpinan.
Great company bisa dipastikan dipimpin oleh great leader, yang menurut Travis Bradberry memiliki dua belas kebiasaan yang diawali dengan keberanian. Berani mengambil keputusan untuk hal yang beresiko besar akan menghasilkan organisasi dengan pertumbuhan yang besar, sedangkan pemimpin yang berjalan pada kondisi yang aman tidak akan mendorong lajunya perusahaan menjadi perusahaan yang bertumbuh dengan luar biasa. Disini dapat disimpulkan bahwa good company menjadi musuh untuk perusahaan menjadi great company, karena ketidakberanian pemimpin (good company) menyebabkan keruntuhan pertumbuhan yang cepat dan luar biasa.
Masih banyak variabel-variabel lain yang menghalangi perusahaan menjadi great company, namun memiliki organisasi yang tidak berhenti berinovasi dikombinasikan dengan pemimpin yang berani, membuat perusahaan akan mengalahkan musuh menjadi great company, yaitu perusahaan yang berhenti berinovasi dan memiliki pemimpin yang takut untuk mengambil resiko.