Say Yes To Your Company Culture!
Zefanya Jodie Sumbayak, Head of Vibiz Learning Center
=====================================================================================================================
Ketika Anda sedang memulai bisnis, atau Anda bekerja pada orang lain, salah satu hal yang harus kita ketahui adalah budaya perusahaan atau company culture. Memang, Anda perlu mengetahui mengenai keuangan, sumber daya manusia, IT, dan lainnya yang menunjang perusahaan. Tetapi, ada hal yang penting untuk diketahui oleh setiap pengusaha, dan juga para profesional yang berada di posisi yang tinggi di perusahaan, yaitu mengenai company culture.
Company culture sendiri, berarti sifat dari perusahaan dan definisi mengenai perusahaan dari pandangan karyawan. Budaya perusahaan tersebut, termasuk di dalamnya misi. nilai, etika, ekspektasi, target, serta lingkungan tempat bekerja. Tentunya, dalam setiap perusahaan, pastinya mempunyai company culture tersendiri. Namun, ada baiknya di dalam merumuskan semua hal yang terkait dengan company culture, pastinya harus disesuaikan dengan kondisi dan ciri khas dari perusahaan. Berikut beberapa company culture yang menarik untuk disimak :
Google
Kita semua pasti hafal betul mengenai Google, yang didirikan oleh Sergey Brin dan Larry Page, yang keduanya memiliki latar belakang IT dan akrab dengan dunia komputer. Di Google, semuanya memang dibuat feels like home, dimana para karyawan bisa “ngumpul bareng” pada siang hari di kafe yang ada di kantor, dan juga bahkan ada fasilitas olahraga, fasilitas salon, dan lainnya. Namun, jangan iri dulu dengan semua fasilitas tersebut. Anda harus tahu, Google merupakan perusahaan yang berbasis IT, dimana dunia tersebut tentunya berbeda dengan dunia perbankan, pabrik, dan lainnya. Saya katakan seperti itu, karena saya mengenal seseorang yang bekerja di bagian IT, pekerjaannya memang nyaris tak ada hentinya jika terus dibiarkan. Dan tentu saja, pekerjaan yang terus-menerus tersebut, perlu adanya refreshing sesekali, agar tidak merasa penat. Dan tentu saja, semua fasilitas yang all-in-one seperti di Google bisa meningkatkan produktivitas karena semua hal bisa dilakukan tanpa harus membuang waktu pergi kesana kemari.
ModCloth
Beda perusahaan, beda juga company culture yang ada. Seperti yang kita lihat di ModCloth, dimana Co-Founder ModCloth, Susan Gregg Koger tidak memiliki latar belakang fashion sama sekali. Susan Gregg Koger memulai bisnisnya pada saat ia berusia 17 tahun, dan dengan kreativitasnya, akhirnya ia mencapai kesuksesan. Dalam menjalankan usaha fashion yang didirikannya, Susan Gregg Koger tidak mengutamakan untuk menjiplak langkah dari retailer yang sudah mempunyai nama, melainkan konsisten menerapkan rookie mentality, yang bertujuan untuk pengembangan dari bisnisnya. Rookie mentality sendiri adalah seperti suatu perasaan “kelaparan” yang terus-menerus untuk berkembang, bertumbuh dan mengembangkan kemampuan yang ada. Itu sangat penting untuk membuat seseorang menjadi belajar terus-menerus untuk memiliki suatu keahlian. Dalam menjalankan bisnisnya, Susan Gregg Koger menerapkan rookie mentality sebagai bagian dari company culture, dan tidak heran, akhirnya ia dan timnya berhasil mencapai keberhasilan. Susan Gregg Koger dan suaminya, Eric Koger, berhasil masuk dalam daftar “30 under 30″ dari majalah Forbes. Company culture yang diterapkan Susan Gregg Koger, memang cocok, karena dunia fashion terus berkembang, dan rookie mentality yang diterapkannya, membuat dirinya maupun tim yang bersamanya menjadi terus belajar tanpa henti untuk menghasilkan produk fashion yang berkualitas.
Yahoo!
Bukan hanya pebisnis saja, melainkan siapa saja yang berada dalam posisi tinggi di perusahaan, tentunya juga bisa menerapkan company culture dalam suatu perusahaan. Semua pastinya kenal akan Marissa Mayer, wanita yang merupakan CEO Yahoo! dengan segudang prestasi. Marissa Mayer berhasil membuat Yahoo! menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ia juga menerapkan peraturan yang tegas pada tahun 2013, dimana semua karyawan Yahoo! harus bekerja di kantor, tidak boleh ada yang bekerja di rumah. Memang, keputusannya pada awalnya sempat diprotes oleh beberapa orang, tetapi ternyata Marissa Mayer berhasil membuktikan bahwa company culture tersebut berhasil membawa Yahoo! ke arah yang lebih baik.
Melihat pada ketiga perusahaan yang ada di atas, tentunya kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa setiap perusahaan, tentunya punya company culture yang berbeda. Namun, tentunya setiap pelaku bisnis maupun para profesional, harus mengerti benar company culture seperti apa yang pantas diterapkan pada perusahaan.
Pertanyaannya kini, apakah company culture Anda? Sudahkah Anda memahaminya dan menjalankannya? Atau, masihkah Anda mencari bentuk company culture Anda dan memilih menjiplak company culture perusahaan lain?Atau apakah Anda tidak bersetuju dengan company culture di perusahaan Anda dan iri terhadap company culture perusahaan lain?
Sebenarnya, siapapun Anda, entah Anda adalah pebisnis yang baru memulai menjalankan bisnis, atau Anda adalah seorang pejabat tinggi dalam suatu perusahaan, tentunya Anda harus bangga kepada company culture yang dimiliki, karena dengan kebanggaan tersebut, itu adalah salah satu cara untuk membawa perusahaan ke arah yang lebih baik. Company culture Anda, pastinya sudah yang paling cocok bagi bisnis Anda! Jadi, katakan ya kepada company culture di perusahaan Anda! Tetap teguh kepada company culture Anda, dan jangan hanya menjiplak kesuksesan perusahaan lain. Bisnis Anda, tentunya haruslah sesuai company culture Anda, bukan company culture orang lain. Dan perlu Anda ketahui, salah satu kunci dari kesuksesan pebisnis maupun para profesional di perusahaan, adalah memiliki kebanggaan dalam menjalankan company culture pada perusahaannya. So, stop comparing to another company, and say yes to your company culture to gain success!