Flexible Work Arrangements: Pergeseran Budaya Kerja yang Kini Semakin Menarik
Ruth Berliana/ Partner in Management and Technology Services, Vibiz Consulting (1 Mei 2020) ==============================================================================
Beberapa perusahaan telah memberlakukan kerja dari rumah dalam beberapa hari ini, baik diberlakukan untuk seluruh karyawan ataupun secara bergantian sesuai dengan pengaturannya. Hal ini membuat topik mengenai fleksibitas dalam bekerja menjadi sesuatu yang kembali hangat untuk dibicarakan, walaupun sebenarnya secara global hal ini bukan lagi hal yang asing.
Pada tahun 2004, Department of Trade and Industry Inggris untuk pertama kali membuat Employment Market Analysis and Research kepada 3.485 karyawan di Inggris mengenai Flexible Working Employee yang telah diperkenalkan sejak tahun 2003. Hasilnya 52% dari responden telah memiliki kesadaran atas kebutuhan bekerja secara flexible (baik itu bekerja secara part-time, term-time, job-sharing, flexitime, compressed working, annualised hours, reduced hours, maupun bekerja dari rumah). Mereka yang lebih memiliki kesadaran sebagian besar adalah para wanita yang memang memiliki kebutuhan untuk mengurus anak. Sejalan dengan pertambahan kesadaran para pekerja atas haknya, para pemberi kerja pun memiliki kesadaran yang semakin bertambah untuk memberikan persetujuan.
Flexible Work Arrangements (FWA) seiring kehadiran startup di Indonesia
Sebenarnya Flexible Work Arrangements (FWA) bukanlah hal yang baru bagi dunia kerja di Indonesia. Sejak munculnya fenomena bisnis startup di Indonesia, maka terjadi sebuah budaya baru dalam bekerja. Sebuah fleksibilitas dalam berbagai bentuk dan beberapa aturan telah mulai terbentuk. Ditandai dengan kehadiran Gojek, Tokopedia, Traveloka, pada tahun 2010-2011, maka kehadiran para startup di bumi pertiwi pun membawa sebuah budaya kerja yang berbeda di tengah para millennial. Hal ini terlihat jelas dalam perkembangan dunia startup yang menggerakkan munculnya Coworking Space dan Virtual Office sebagai tempat kerja. (Baca: Sebuah Budaya Telah Menggeser Arti Sebuah Kantor).
Bagi sebagian perusahaan, FWA menjadi sebuah benefit yang memberikan daya tarik tersendiri bagi para millennial. (Baca: Mulailah Mengentertain para Millennial Anda). Tidak hanya flexi time, flexi place, namun juga flexi payment, serta berbagai flexi benefit lainnya. Berbincang dengan salah seorang rekan, maka salah satu flexi benefit yang saat ini digemari para millennial adalah benefit berdasarkan poin. Contohnya, jika Anda memiliki dental benefit yang Anda rasa tidak terlalu Anda butuhkan, maka Anda dapat menukarkannya dengan benefit lain seperti tambahan hari cuti, selama poin dari kedua benefit tersebut seimbang. Uniknya, berbagai perusahaan berupaya menciptakan flexi benefit yang menarik yang terkadang membuat para boomers geleng kepala, misalnya saja childcare vouchers atau discount on food and beverages pada beberapa restaurants, malahan ada yang memang menawarkan program-program kecantikan.
Flexible Work Arrangements (FWA) sejak sepuluh tahun yang lalu
Sepuluh tahun yang lalu, saat FWA ini diperkenalkan – saya ingat pada waktu itu saya juga tergabung dalam benefit team salah satu perusahaan asing – maka tidak mudah bagi para boomers untuk menerima hal ini. Pada waktu itu usia para millennial belumlah menginjak kepala tiga. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa saat itu, berbagai fleksibitas inilah yang mulai menjadi daya tarik para millennial.
Pada tahun 2015, SHRM membuat sebuah riset mengenai FWA yang menunjukkan perkembangan FWA sejak tahun 2011. Hasilnya peningkatan jelas terlihat pada FWA yang ditawarkan oleh para pemberi kerja untuk telecommuting (karyawan tidak bekerja di kantor).
Sedangkan bentuk FWA yang paling banyak ditawarkan oleh pemberi kerja adalah Casual Dress (one day per week) diikuti dengan telecommuting dan flexitime.
Pada saat itu, riset yang diselenggarakan pada tahun 2015 ini pun mengatakan bahwa 83% of HR professionals memprediksikan bahwa pada lima tahun ke depan, telecommuting akan menjadi sesuatu yang umum untuk berbagai organisasi. Bahkan sebanyak 26% mengatakan bahwa produktivitas meningkat dengan telecommuting dan sebanyak 5% menyampaikan bahwa terjadi peningkatan dalam hal kehadiran karyawan.
Flexible Work Arrangements (FWA) – Daya Pikat bagi Pekerja Muda
Setelah sepuluh tahun berlalu, para millennial tentu telah bertambah matang dan dunia startup yang kental dengan flexibility-nya pun semakin berkembang. Dalam sebuah conference yang saya hadiri, salah satu pemilik perusahaan digital marketing agency mengemukakan kekuatirannya oleh karena para Gen Z saat ini lebih memilih bekerja pada perusahaan startup. Padahal sekitar lima tahun yang lalu pada saat perusahaan tersebut berdiri, dunia digital marketing agency masih terlihat sangat ‘sexy’ bagi para millennial. Mengapa demikian? Pada kenyataannya, perusahaan startup sangat kental dengan FWA. Ini menjadi daya pikat khusus bagi para pekerja muda.
Dalam dua hari ini, sehubungan dengan merebaknya COVID-19, beberapa perusahaan telah memberlakukan kebijakan Work from Home. Bagi para startup, saya rasa hal ini menjadi sesuatu yang ‘mudah’ untuk mereka kerjakan. Sebab inilah dunia mereka sehari-harinya. Juga bagi beberapa perusahaan teknologi, hal ini juga sekiranya tidak memberikan sebuah hambatan yang berarti oleh karena remote work yang sudah biasa mereka lakukan. Namun bagi perusahaan-perusahaan conventional yang sebelumnya belum terpikir untuk menerapkan cara kerja yang demikian, tentu saja akan mengalami kendala. Namun kelihatannya kondisi yang ada saat ini, akan setidaknya memaksa semua perusahaan untuk mempersiapkan hal ini.
Sebuah pergeseran budaya kerja, sebenarnya telah terjadi sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Namun nampaknya pergeseran ini akan semakin cepat pada beberapa waktu terakhir ini. Tidak ada yang mengetahuinya, namun pengalaman bekerja dari rumah bagi sebagian perusahaan saat ini akan membawa kebijakan dan kebiasaan kerja yang baru.
Dengan demikian, beberapa budaya kerja yang kemungkinan akan segera bergeser:
– Budaya meeting yang kelihatannya akan lebih memanfaatkan teknologi yang semakin canggih
– Monitoring yang tidak lagi bersifat manual
– Delegation yang juga akan lebih sistematis
– Team Work yang juga tidak dibatasi oleh waktu dan lokasi