Bergerak Berdasarkan Visi dan Tetap Memperhatikan Pasar

By: | Tags: | Comments: 0 | March 29th, 2018

Ruth R Berliana, CHRP, Partner of Management & Technology Services
=====================================================================================================================

Bagaimana GAP harus menutup tokonya merupakan tindakan yang sebenarnya disayangkan oleh sang CEO namun mau tidak mau dilakukan demi menyelamatkan perusahaan peritel pakaian tersebut. Pada tahun 1990-an, GAP sempat mendominasi pasar fashion dengan budaya denim dan khaki-nya. Namun tiba-tiba merek ini mulai menurun ketika pasar menilai stlyle fashion yang dikeluarkannya mulai membosankan. Walaupun di lain pihak munculnya pesaing yang meluncurkan produk harga murah dengan model-model yang cantik.
Pada akhir 2012, GAP merekrut seorang fashion designer yang lebih menaruh perhatian pada gaya minimalis yang disajikan pesaingnya. Sehingga muncullah warna abu-abu dan hitam yang kemudian mendominasi produk GAP. Style ini sebenarnya bertolak belakang dengan kesan ceria yang semula diusung GAP sehingga menimbulkan kebosanan pada pemakainya. Sebagai akibatnya, GAP pun kehilangan pelanggannya sehingga menurunlah keuntungan yang diperoleh perusahaan ini.

Jangan Lupakan Visi
Masalah style pada dunia fashion adalah hal yang tidak dapat dianggap sepele, sebab style merupakan nyawa dari sebuah industri fashion. Misalnya saja, jika sebuah perusahaan industri fashion memiliki visi sejak awal memberikan warna keceriaan bagi pelanggannya dengan menghasilkan produk fashion yang berwarna-warni, maka sejak awal mereka yang akan memilihnya adalah mereka yang suka dengan warna warni yang cerah. Ingat United Colors of Benetton? Semua iklannya akan penuh dengan berbagai warna serta diperagakan oleh model dari berbagai latar belakang ras. Maka sudah dapat dipastikan bahwa merek ini akan digemari oleh mereka yang senang dengan gaya casual dengan beragam warna yang memberikan kesan ceria.
Lalu bagaimana jika pada suatu hari United Colors of Benetton mengubah haluannya tidak lagi mengeluarkan pakaian dengan warna-warna yang cerah melainkan hanya mengeluarkan warna coklat saja? Sudah dapat dipastikan bahwa pelanggan yang semula telah menyukai produk-produk dengan warna-warna cerah tersebut akan mencari perusahaan lain yang memiliki produk yang hampir mirip atau malah dengan mudah beralih pada perusahaan kompetitor. Mengubah produk dapat diartikan hendak mengubah visi juga yang kemudian juga berarti akan mengubah pelanggan juga.

Pentingnya Memperhatikan Pasar
Bagi leading company maka menentukan arah tren akan sangat mudah. Misalnya saja Inditex yang memiliki ZARA, Pull & Bear, Stradivarius dan beberapa merek terkenal lainnya, mengeluarkan suatu model yang dapat dikatakan berbeda dengan tren yang saat ini ada di masyarakat maka ada kemungkinan model tersebut dapat ikut booming di pasaran dan membuat sebuah tren yang baru. Namun bagaimana jika sebuah perusahaan fashion bukanlah perusahaan yang besar? Dapatkah ia bersaing di pasaran dengan mengeluarkan style-nya sendiri. Hal ini tentu tidak mudah atau bahkan bisa saja tidak akan berhasil. Jadi mengapa menempuh jalan yang sangat sulit jika ternyata tidak akan berhasil?

Riana Bismarak, founder BelowCepek.com memiliki strateginya sendiri untuk mengamati pasar. Ketika berbincang dengannya, penyuka warna ungu ini mengatakan, berikan saya waktu beberapa saat untuk duduk di sebuah coffee shop yang ramai maka jika 10 orang saja pada waktu yang hampir bersamaan mengenakan pakaian dengan style yang sama maka dapat dikatakan bahwa gaya itu pasti sedang digemari sekarang ini. Hal inilah yang menjadi dasar menentukan produk apa yang akan dipasarkan pada e-commerce miliknya.

Setiap perusahaan memang memiliki visinya masing-masing dan visi inilah yang menentukan arah perusahaan hingga berhasil mencapai tujuannya. Namun demikian di dalam perjalanan sampai ke tujuan sangat penting untuk terus memperhatikan apa yang terjadi di sekeliling sehingga dapat menentukan strategi untuk tetap dapat bersaing.

Leave a Reply